Monday, March 29, 2010

JLSS dan perubahan tata ruang

Lepas dari persoalan konflik yang melanda kaum petani Urut Sewu dan TNI, keberadaan JLSS kelak yang membentang dari kecamatan Mirit sampai kecamatan Ayah merubah tata kehidupan masyarakat Urut Sewu. Selain merangsan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan selatan Jawa, struktur social masyarakat pun akan berubah.

Belum beranjak dibangun, kabarnya beberapa perusahaan tambang sedang melakukan eksplorasi kelayakan tambang pasir besi. Di Kulon Progo rencana penambangan pasir besi menuai protes dari warga, karena jelas akan merusak ekologi dan ekosistem. Selain itu, keberadaan tambang pasir besi belum tentu menjamin kesejahteraan warga disekitarnya. Di Kebumen, indikasi eksplorasi potensi tambang pasir besi dilakukan di dua titik yakni di kawasan pantai di Kecamatan Mirit dan kawasan pantai di kecamatan Klirong (desa Tanggul Angin). Menurut informasi pemerintah, eksplorasi adalah tahapan penelitian atau bahasanya uji kelayakan usaha. Jadi, meski reaksi penolakan masyarakat mulai memercik ke permukaan, pemerintah masih member kesempatan kepada pihak investor untuk melanjutkan eksplorasi. Hingga saat ini tahapan eksplorasi sampai pada tahap uji AMDAL.

Selain potensi tambang, kawasan pantai selatan Kebumen juga terkenal dengan potensi wisata lautnya. Beberapa titik obyek wisata yang biasanya ramai di kunjungi yaitu pantai Ambal, Mirit, Bocor/Brecong, Petanahan, Suwuk, Karang Bolong dan Pantai Logending di kecamatan Ayah. Eksotisme pantai selatan kian menakjubkan dengan gugusan gunung kapur (kawasan karst) yang melingkupinya. Gugusan batu kapur terbesar di Kebumen berada di kecamatan Ayah, Rowokele dan Buayan.

Di dalam kawasan karst ini terdapat banyak obyek wisata, potensi air tanah dan batu kapur itu sendiri. Goa Jati jajar kini menjadi salah satu obyek wisata nasional andalan Kebumen. Selain goa Jati Jajar, menurut informasinya jumlah keseluruhan doa yang ada di kawasan karst sebanyak 65 buah. Goa-goa ini tentu belum di kelola baik sebagai obyek wisata maupun sumber energy. Mata air-mata air tanah biasanya banyak bersembunyi bawah kawasan karst. Kalau kita hendak membuktikan potensi air tanah yang melimpah di Kebumen, datanglah dan telusurilah goa-goa di sana. Pasti anda akan bertemu dengan aliran air yang nampaknya tak pernah surut.

Menengok sejarah yang pernah terjadi di kawasan karst sekitar tahun 97-98, sebuah perusahaan tambang, yang konon dibawah kendali Tutut, bermaksud mengeksploitasi kawasan karst. Perlu diketahui, potensi bebatuan disana sangat layak untuk bahan baku semen. Syukur, masyarakat berhasil menolak rencana tersebut. Apalagi, reformasi yang bergulir pada tahun 98 ikut menghentikan maksud Tutut untuk membeli dan menguasai kawasan karst menjadi kantong uangnya.

Kalau kita korelasikan dengan potensi-potensi tambang, pertanian dan obyek wisata yang ada, pembangunan JLSS bukanlah suatu project yang bebas nilai. Kemungkinan besar kelompok modal berkepentingan mendapatkan potensi-potensi besar alam di Kebumen selatan tersebut. JLSS kemudian menjadi infrastruktur pentingnya. Kehadiran sebuah jalan raya dalam sebuah alur produksi tentu menduduki posisi penting dalam hal pendistribusian barang melalui jalur darat. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran modal disbanding dengan membangun bandara ataupun pelabuhan laut di Kebumen. Jika memang benar di Kulon Progo akan segera dibangun bandara internasional, yaitu hasil pemindahan Bandara Adisucipto di Yogyakarta, maka JLSS akan semakin stratagis terutama dari sisi kalur perekonomian internasional.

Jika asumsi ini benar, dimana di Kebumen akan segera berdiri perusahaan-perusahaan pengolah pasir besi, semen dan lain sebagainya, maka tidak menutup kemungkinan akan memacu titik-titik pertumbuhan ekonomi. Didalamnya juga akan mendorong pertumbuhan bangunan, terutama perumahan. Pada konteks inilah akan terjadi pemusatan penduduk pada area-area tertentu, terutama di daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat pertumbuhan ekonomi saat ini masih didominasi oleh hadirnya perusahaan-perusahaan bermodal besar. Dimana ada pabrik dsekitarnya pasti akan muncul pemukiman baru, entah itu berupa kios, toko, pasar ataupun pemukiman penduduk. Dalam konteks ini, kita didahadapkan minimal dengan dua pilihan. Mau mempertahankan sumber daya alam atau merelakan untuk di eksploitasi?

Menanggalkan jawaban pertanyaan diatas, pemerintah mau tidak mau harus segera membuat skenario atau peta jalan (road map) penguatan aksesibilitas masyarakat Kebumen selatan atas perubahan tata ruang karena dibangunya JLSS. Jangan sampai JLSS hanya memberi askes kemanfaatan hanya bagi mereka pemilik modal saja. Masyarakat disekitarnya pun punya hak untuk memanfaatkan JLSS sebagai akses kesejahteraan. Pmerintah harus segera menyiapkan sejumlah program dan anggaran untuk memberdayakan masyarakat Kebumen Selatan supaya lebih siap dalam mengantisipasi datangnya perubahan tata ruang dan wilayah sebagai imbas JLSS tersebut. [Brain].

Sumber: http://bumiroma.wordpress.com/2009/06/17/jlss-dan-perubahan-tata-ruang/

No comments:

Post a Comment